Setiap doa akan didengar, tiap doa akan dikabulkan, bersyukurlah

Bersabar bukanlah sifat melainkan keputusan karena aku hanyalah seorang hamba...

Sabtu, 06 November 2010

Upin Ipin

Film Upin Ipin begitu lekat di sebagian besar kalangan baik anak-anak maupun dewasa beberapa tahun belakangan. Sebenarnya film tersebut diproduksi untuk menanamkan nila-nilai Islam di kalangan anak-anak pada bulan suci Ramadhan, pad tahun 2007. Cerita film Upin-Ipin mengisahkan tentang cerita sederhana dua saudara kembar dengan bernama Upin dan Ipin dengan kisaran usia tahun. Upin dan Ipin hidup dengan Nenek, yang dipanggil Opa dan sang kakak bernama, Ros. Selain itu, ada juga figur lainnya sebagai teman sebaya si kembar Upin dan Ipin, yakni Mei-Mei yang dikenal cerdas, rajin,; Jarjit yang suka berpantun; Mail yang selalu komersil, Ehsan yang dikenal tajir, dan Fizi yang mudah bergaul (sepupu dar Ehsan). Selain tokoh-tokoh diatas adalah Tok Dalang, Raju, Sally (berjenis kelamin alternative).
Film Upin Ipin seolah melawan trend yang berlaku khususnya dengan tema sebagian besar film ataupun sinetron yang bayak diputar di stasiun TV di Indonesia, yang banyak berisi dengan kisan roman percintaan, perselingkuhan, didukung dengan gaya hidup kelas atas dimana mengajarkan pola hidup yang konsumtif. Kisah serial yang ditawarkan berputar pada kesederhanaan, kesetiakawanan, kenakalan anak-anak secara umum, nilai agama, nasioanalisme - beberapa hal yang sangat membumi dan mudah dijelaskan.
Jika dicermati Kelurga Upin dan Ipin bukan keluarga inti ideal seperti yang banyak dialami oleh keluarga kebanyakan, dimana peran ayah dan ibu begitu besar dalam proses tumbuh kembang seseorang di masa-masa penting anak-anak. Meski begitu, kekosongan fungsi orang tua digantikan dan dijalankan dengan relative baik oleh figure Opah dan Kak Ros. Terjadi pengambilalihan peran ayah oleh Kak Ros dan peran ibu oleh Opa, atau bahkan saling bertukan peran diantara keduanya. Sehingga multi peran keduanya tidak dapat dihindari.
Fungsi keluarga yang dijalankan keduanya mungkin saja bisa dikatakan sebagai sebuah simplikasi dari kerumitan sebuah keluarga yang tidak ideal- terlepas dari kelebihan dan kekurangan Opa dan dalam mendidik cucu dan Kak Ros dalam mendidik adiknya. Keluarga yang tidak ideal bukan disebabkan perpisahan, tetapi kematian kedua orangtuanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar